Mahasiswa Di Teras Sastra


 MAHASISWA DI TERAS SASTRA

Ketika mendengar kata Mahasiswa, masing-masing dari kita memiliki penafsiran yang beragam. Ada yang mengatakan Mahasiswa sebagai penyambung lidah pemerintah,agen perubahan, penerus bangsa, pengontrol sosial dan sebagainya.

Namun, tidak jarang ada sebagian orang yang menganggap mahasiswa sebagai bumerang. Hal ini erat kaitannya dengan tindakan-tindakan anarkis yang dilakukan sebagian Mahasiswa ketika melakukan upaya menyampaikan aspirasi,baik kepada pemerintah atau sekedar memprotes kebijakan kampus melalui upaya demo. Acap kali dalam penyampaian aspirasi tersebut, mereka melakukan tindakan-tindakan yang merugikan.Seperti merusak fasilitas umum,memblokade jalan, dan lainnya.

Menurut saya, sebagai bagian dari Mahasiswa itu sendiri. Tindakan-tindakan tersebut dilatarbelakangi oleh sebagian pemikiran mahasiswa yang cenderung apatis.Mereka hanya berpikir bagaimana menyampaikan aspirasi mereka,tanpa mempertimbangkan kerugian orang-orang di sekitar. Hal ini didukung oleh bahan bacaan Mahasiswa itu sendiri yang cenderung membaca buku-buku yang mengasah logika saja tapi,tidak diimbangi dengan bacaan yang mengasah kepekaan kita.

Buku-buku sejarah, filsafat dan pengetahuan umum memang amat dibutuhkan untuk mengasah wawasan dan keilmuan kita sebagai Mahasiswa. Namun, sebagian dari kita lupa untuk membaca buku-buku sastra yang salah satu fungsinya untuk mengasah kepekaan kita.Di sinilah peran penting karya-karya sastra tersebut,agar Mahasiswa tidak hanya terasah logikanya namun,juga terasah kepekaannya.

Mahasiswa hanya berhenti di teras sastra,mereka tidak kenal siapa saja penghuni di dalamnya.Mereka tidak mencoba masuk lebih dalam menyelami sastra.Bahkan sebagian dari mereka mengatakan Karya sastra seperti novel,cerpen dan puisi kurang pas ketika dibaca seorang mahasiswa itu sendiri. Pernyataan tersebut dilatarbelakangi oleh pemikiran sebagian Mahasiswa yang menganggap karya sastra hanya sebagai hiburan semata.

Memang,kita tidak dapat menafikan kalau karya sastra itu adalah seni kata,yang memiliki fungsi rekreatif yaitu untuk memberikan kesenangan atau hiburan bagi pembacanya. Tidak hanya berhenti di fungsi rekreatif,karya sastra juga memiliki fungsi moralitas yaitu untuk memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai moral baik atau buruk. Lagi-lagi di sinilah peran karya sastra yang memang sangat penting untuk menjadi bahan bacaan Mahasiswa.Mengingat tindakan-tindakan anarkis seperti yang saya sebutkan di awal tadi merupakan buah dari krisis moral sebagian mahasiswa.

Saya berharap, kompetisi menulis karya sastra tidak lekang oleh zaman.Jangan sampai ada pernyataan kalau lomba menulis puisi atau membaca puisi adalah kuno atau ketinggalan zaman.Mengingat di era sekarang yang mana orang-orang sudah beralih ke digital, membuat karya berupa video yang memang lebih diminati. Bukan meninggalkan karya sastra itu sendiri,tapi bagaimana cara agar kita membawa karya sastra itu supaya tidak pupus begitu saja. Musalnya saja,dengan membuat musikalisasi puisi agar membaca puisi tidak lagi monoton.

Akhir kata,saya tutup opini yang cukup panjang ini dengan puisi berjudul "Aku Ingin" yang sudah tidak asing lagi di telinga pembacanya,puisi yang begitu manis.Karya seorang pujangga yang sangat terkenal,Sastrawan kebanggaan kita,mendiang Sapardi Djoko Damono.


                          Aku Ingin

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

Dengan kata yang tak sempat diucapkan 

Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana:

Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan 

Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada 

(1989)


*) Penulis merupakan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan Komisariat Istiqlal Universitas Islam Madura. 

___________

Penulis : Ismatud Diniyah

Editor : M. Hasbullah

_________

*Setiap tulisan yang diposting di hmiuim05.blogspot.com sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. 



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama