PERAWAN TUA



PERAWAN - TUA

" Jagalah mulutmu maka orang lain akan menjaga mulutmu untukmu."

" Bullshit !!    Omong kosong !" 

Sejak kecil, aku diajari oleh guruku untuk menjaga lisan dari kemunkaran, apalagi sampai membicarakan keburukan orang. Kini, aku menjadi buah bibir masyarakat desaku. 

Aku selalu ingat sosok lelaki yang sering memberi semangat ketika aku mau berangkat kuliah. Ayah, lelaki pertama yang aku kagumi, yang selalu memberi perhatian lebih buat anak perempuannya. 

" Putri, belajarnya yang rajin ya. Nasibmu ada di tanganmu sendiri, kamulah yang bertanggung jawab atas masa depanmu, dan kamulah yang bisa mengubahnya. "

Saat ini, aku sedang memasuki tahun ke-dua di bangku kuliah UGM. Masa-masa di UGM aku lalui dengan suka cita, sebab aku merasa kurang dan kurang untuk perihal ilmu . Tapi, kebahagiaanku berhenti ketika pesan yang masuk ke WhatsApp dari zahwa sepupuku . 

Putri kamu kapan sih yang mau nikah ?, kamu tau gak ?? ...kamu diseret menjadi topik utama oleh masyarakat sini. Bahkan, jadi perbincangan hangat di ruang ruang kopi dan tempat-tempat belanja."

Kutempuh masa kuliah S1 dengan penuh perjuangan dan pengorbanan. Alhamdulillah, dalam waktu 2 tahun, aku bisa lulus. Saat ini, aku berusia 22 tahun. Wajar saja, jika aku menjadi buah bibir masyarakat desaku. Sebab, lumrahnya didesa sini, usia 16 tahun harus sudah menikah. Jika tidak, secantik apapun parasnya, tetap saja akan dilabeli dengan perawan tua. Kukira, hanya gekar yang menjadi label nama orang. Sialnya, label perawan tua itu disandingkan dengan namaku.

Kini, setelah sebulan lulus dari Universitas Gajah Mada, aku menjadi staf pengajar di pesantren kecil Mambaul Khoirot  dan  menjadi guru pengajar di bidang ilmu dakwah dan usul fiqih 

" Cantik , pintar, dan mapan. Tapi sayang perawan tua. " 

Kata ini, sudah tidak asing lagi dan terus bergeming di telingaku. Setiap aku lewat di pasar,jalanan,bahkan dimanapun. Ocehan itu, sudah menjadi makanan sehari-hari dalam hidupku. 

" Apa yang harus ku lakukan ??." Ucap batinku. 

Aku hanya bisa diam. Hati ini bagaikan diiris-diiris dan disayat oleh pedang yang tajam. Bukan tidak mau menangis, hanya saja aku tidak ingin terlihat lemah di depan orang. 

" Nak, kamu tahu Gus Wahyu ? Beliau menghitbahmu nak, maukah kamu ?." Tanya Abi saat kami sekeluarga sedang berkumpul di musollah .

" Putri terserah Abi ..." Jawabku takdzim.

Gus Wahyu adalah putri bungsu dari kiyai Muhlas pengasuh dari pondok pesantren Mambaul Khoirot. Beliau juga lulusan dari Universitas Gajah Mada Jogja , Abi menerima khitbah beliau dan pernikahan kami akan digelar setengah bulan lagi .

Akupun sudah mulai menjalani berbagai macam perawatan pernikahan. Rasanya senang terlepas dari label "perawan tua" yang masyarakat sematkan padaku.

Hari ini adalah hari pernikahanku, yang dilaksanakan di pondok pesantren mabaul Khoirot. 

Di mana Gus Wahyu? Kenapa beliau belum juga datang ?, acaranya hampir di mulai. 

Dilalu lalang para tamu, aku mendengar suara kiyai Zubair, Paman dari Gus Wahyu. Perkataan kiyai Zubair membuatku tertegun. 

" Dimana Gus Wahyu ?." (Dawuh Kiyai Zubair). 

"Ih kasian si Putri. Gus Wahyu menghilang dihari pernikahannya. Sepertinya, Putri memang ditakdirkan menjadi perawan tua. " Ucap salah satu tetanggaku. 

Sekarang aku benar-benar menangis sembari meratapi nasibku yang menjadi buah bibir masyarakatku . 

" Tuhan kenapa seperti ini ?, Bukankah Engkau menciptakan mahluk secara berpasang - pasangan  ?. "

Sudah seminggu berlalu dari insiden pernikahan yang gagal itu, sementara aku masih suka mengurung diri didalam kamarku. Aku kepalang malu hanya untuk keluar rumah . Kewajibanku untuk mengajar juga terteterkan dipikiranku dan hanya ada kata  perawan tua dalam benakku. Hingga pada malam Jum'at, datang sebuah mobil Fortuner putih ke halaman rumahku .

" Putri ....turunlah ! " Panggil Abi.

Kuambil Khimar merah maron dari lemari dan turun menuju ruang tamu membawa teh camilan .

" Niat kami kesini untuk menyambung tali silaturahmi dan ingin meng-khitbah putri. " Ucap pria paruh baya yang ada di samping Abi.  

Bagaimana putri ? ... Tanya Abi . 

" iya.." Jawabku singkat. 

Aku tidak yakin dengan jawabanku sejak pernikahan gagal itu dan aku tidak lagi berani untuk menikah. Aku takut gagal lagi .

Pernikahan keduapun akan terlaksana seminggu kemudian. Aku menyambutnya tidak begitu semangatk, aku takut terulang kembali pernikahan gagal itu .

" Saya nikahkan kamu dengan putri salsabila binti Husen dengan seperangkat alat solat dibayar tunai. "  Ucap penghulu. 

Saya terima ...................

" Stop ! PERNIKAHAN INI BATAL " 

Deg ! " Astaghfirullah ini apa lagi ya Allah ? "

"Lelaki ini penjilat, jangan mau jadi korban ! Cukup saya yang jadi korban dia hanya mengincar harta kamu." Jelas wanita berambut pendek yang berteriak tadi.

"Anda jangan menfitnah !" Teriak calon suamiku dengan mata nyalang pada wanita tadi. 

" Saya punya bukti , ayo kita ke kantor polisi "  Sontak perkataan wanita itu membuat calon suamiku memucat.

" Mbk..., saya tidak tahu yang mana yang benar, tapi terimakasih sudah menyelamatkan keluarga saya dari penjilat " pelukku pada wanita itu.

Aku pasrah jika lagi lagi menjadi buah bibir sebab gagal lagi menikah . Seorang wanita mendekatiku dan berbisik .

" Sudahlah putri, terima saja nasibmu untuk menjadi perawan tua " 

Astaghfirullah hal adzim...., Tuhan......, kuatkan hamba." Perkataan wanita itu ku jawab dengan senyum .

              *.        *.         *.       *.   *.    *

Mendekatkan diri kepada Tuhan adalah jalan terbaik saat hati sedang rapuh. Bersedu-sedu pada Tuhan adalah jalan sedih terbaik .

"Ya Allah....., kuatkan hamba atas cobaan-Mu, hamba tahu garis-Mu adalah takdir terbaik." Doaku di sepertiga malam.

Aku coba bangun dari keterpurukan, menjalani hari hari dengan normal tanpa mengurung diri lagi . Cacian tetangga sudah bisa kuterima tanpa emosi . 

Gaun pengantin yang kehilangan mempelainya ku pakai pada malam Jum'at ini, wajahku kulimpahkan make up tebal yang terasa asing ini , bibirku kuberi gincu berwarna merah darah . Kakiku melangkah menuju loteng kamar, kunaiki kursi di pojok ruangan yang bisa membawaku terbang ke syurga , aku berakhir di sampul depan koran .

Putri salsabila, gadis 22 tahun gantung diri bergaun pengantin. Iya, aku telah meninggalkan bibir dengan bahasa " perawan tua "  yang mengekuti .


*) Penulis merupakan Kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan Komisariat Istiqlal Universitas Islam Madura. 

___________

Penulis : Mardhatillah

Editor : M. Hasbullah

_________

*Setiap tulisan yang diposting di hmiuim05.blogspot.com sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis. 



 



 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama