Islam Agamaku dan HMI Organisasiku


IstiqlalBlog- HMI itu Muhammadiyah, HMI adalah NU, ikut HMI termasuk komunis, ber-HMI berarti liberal. Siapa yang percaya? Semua itu hanya isu-isu klasik yang tidak menarik lagi untuk dibahas. Seperti pernyataan orang-orang yang tidak mengetahui tentang HMI. Namun, hal tersebut butuh pelurusan agar tidak mengorek-ngorek busuk yang mendalam. Agar tidak menularkan sakit pada ideologi-ideologi yang tidak berpenyakit.

HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) adalah organisasi mahasiswa yang bukan underbow dari ormas-ormas Islam ataupun partai politik lainnya. Ia merupakan organisasi Islam yang bersifat independen. Mahasiswa yang bergabung dengan HMI ada dari berbagai lingkungan ormas yang berbeda.

Telah kita ketahui bahwa Muhammadiyah mempunyai organisasi sendiri yang namanya IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), juga begitupun NU dan lain-lainnya. HMI lahir sebagai organisasi yang peduli pada kondisi umat dan bangsa, waktu itu tahun 1947. Yang berawal dari kegelisahan Lafran Pane mengenai keummatan dan kebangsaan terutama dalam perguruan tinggi (Mahasiswa) setelah Indonesia merdeka.

HMI mempunyai dasar dan dasar HMI benafaskan Islam, seperti yang tercantum dalam Anggaran Dasar HMI bab II pasal 3 yaitu HMI berazaskan Islam. Tujuan HMI pun sangat jelas bahwa untuk terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah Subhanahu Wa Taala. Jadi HMI adalah Islam dan Islam adalah HMI. Tidak ada label-label lain diantara keduanya.

Selain dari tujuan awal HMI, bentuk integrasi keislaman dan keindonesiaan HMI pun tercermin dalam mukaddimah anggaran dasar, identitas, azas, tujuan, usaha, dan sifat organisasi seperti tertulis dalam Anggaran Dasar HMI. Dari semua itu, yang tampak adalah bahwa bagi HMI, Islam yang ideal adalah Islam yang memadukan secara utuh aspek duniawi dan ukhrowi, aspek individu dan sosial, serta aspek iman, ilmu, dan amal.

Seperti yang pernah disampaikan Nurcholis Majid mengenai “Islam Yes, Partai Islam No”, dalam taraf tertentu, juga menjadi sifat HMI. Pemikiran ini disampaikan Nurcholis Majid ketika ia menjadi ketua Umum PB HMI periode 1969-1971. HMI menerima jargon tersebut sesuai yang dikemukakan Nurcholis, yaitu sebagai menegaskan pendiriannya bahwa komitmen yang utama seorang muslim hanyalah kepada Islam sebagai sumber nilai dan etik bukan pada kelembagaan atau institusi keislaman itu sendiri, termasuk yang disebut partai Islam.

Jargon itu dimaksudkan untuk mengembalikan basis kemanusiaan Islam yang universal dan jangan lagi hanya sebagai simbol dan perekat eksklusif yang bernama partai. Sebab ketika Islam dibawah kedudukan  wadah yang bernama partai dengan aturan-aturan yang verbal yang mengikat dan mengutamakan kepentingan kelompok partisan, maka makna Islam menjadi sangat simbolik. Jargon “Islam Yes, Partai Islam No”, memang dimaksudkan agar Islam menjadi milik nasional dan bukan menjadi milik kelompok tertentu. Dari sini Nurcholis Majid mengatakan bahwa Islam bisa dipakai untuk nama suatau gerakan yang bersifat kultural.

Karena Islam adalah ajaran fitrah yang merupakan tujuan dari pada kehidupan manusia yang fitri, sebagai agama yang hak dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai dengan fitrahnya. Dengan demikian islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan dari usaha organisasi HMI.

Suatu agama adalah faham, dan fahamku dilindungi oleh Tuhan (Allah). Sebagaimana dalam firmanNYA : “Hari ini telah Ku sempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu”, (QS. Al-Maidah:3).

Islam merupakan kebenaran yang nyata. Bagaimana kita mencari dan menemukan kebenaran kalau tidak ber-organisasi? Bagaimana kita mengawal kebenaran kalau tidak ber-HMI? Manusia yang dipercaya oleh Tuhannya sebagi Khalifah Fil Ard, harus mampu mempertanggung jawabkan kepercayaan tersebut dan harus membuktikan dengan perbuatan nyata. Di HMI kita bersinergi dalam setiap kerja nyata baik meliputi keummatan ataupun kebangsaan. Yakinkan dengan iman, Usahakan dengan ilmu, Sampaikan dengan amal begitulah HMI dalam memperjuangkan kebenaran.

Islam di HMI sama seperti Islamku dan Islammu, seperti Islam kita yang sama-sama mutlak turut al-Quran dan al-Hadits. Sebagaimana HMI menjunjung tinggi syiar Islam turut al-Quran dan al-Hadits. Saya muslim dan saya memilih ber-HMI. Jadi, tidak ada alasan untuk tidak ber-HMI, karena HMI merupakan pejuang Islam yang sejati.

Oleh : Siti Hebniatul Hasanah (Ka. Bid PP HMI Komisariat Istiqlal UIM Pamekasan)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama