Problematika Perempuan Masa Kini


hmiistiqlaluim-Era modernisasi seperti saat ini, kebiasaan lama dalam lingkungan masyarakat masih saja diambil perasaan oleh kaum perempuan. Menganggap, perempuan tidak berhak memiliki peran lagi selain di rumah mengurus keluarga;  anak dan suami.
Dewi Santika
Sumber foto dari domkumen pribadi: Dewi Santika

Pada hakikatnya, perempuan juga memiliki peran penting; baik dalam ranah domestik maupun sektor publik yang berperan dalam menjuangkan soal keumatan dan kebangsaan. Sebagai seorang perempuan yang pasti akan menjadi seorang istri bagi suami, dan ibu bagi anak-anaknya. Tentu D3 ( Di dapur , Di sumur dan di kasur) ini yang menjadi stigma masyarakat yang selalu diambil baper (bawa perasaan) oleh seorang perempuan, baik yang tidak memiliki dasar pendidikan formal sama sekali, mahasiswi dan bahkan perempuan organisatoris disuatu organisasi ekstra maunpun intra kampus. Disebabkan polekmik di kalangan masyarakat, terutama di daerah pedalaman (pedesaan) seorang perempuan, selalu didoktrin akan menyandang takdir D3 tersebut.  yaitu:

(1)Di dapur, membuat/memasak makanan,
(2) di sumur, mencuci, dan 
(3) di kasur, melayani kewajiban sepasang suami-istri.

Tapi, apakah D3 menjadi penghambat terhadap organisasi? Atau organisasi menjadi penghambat terhadap D3? Maka jawabannya, tentu saja ”tidak!”.  Tidak ada yang menjadi penghambat diatara keduanya;baik di ranah D3 maupun di oraganisasi itu sendiri. Bahkan  keduanya menjadi pelengkap.

Mengapa bisa demikian? 

Karena seorang perempuan juga harus menjadi multifungsioner dari segi apapun dan di ranah apapun. Dengan tetap melaksanakan kewajiban sebagai perempuan terhadap keluarga, dan berdedikasi untuk umat serta berkontribusi untuk bangsa. Perempuan masa kini, bukan lagi zamannya hanya diam di rumah tanpa kembali bersinergi mengasah intelektual, pengalaman atau wawasan. Jika hanya berdiam dengan menikmati hidonisme belaka, maka hal itu akan berakibatkan fatal terhadap generasi berikutnya. Karena zaman sekarang, saatnya perempuan benar-benar bangkit dari tidurnya dan memadukan kekuatan untuk bersinergi dalam bertanggungjawab atas kesejahteraan umat dan bangsa yang diridhoi oleh Allah Subhanaallah Ta'ala. 

Perempuan mesti memanfaatkan organisasi, karena organisasi satu-satunya harapan yang menjadi wadah pembelajaran dan menyatukan kekuatan untuk menggapai tujuan yang sama. Sebagai perempuan organisatoris mempunyai banyak peluang menjadi perempuan yang tangguh, perempuan yang memiliki nilai juang, dan bertanggungjawab. 

Setiap perjalanan dalam oraganisasi akan memberikan kita pengalaman (eksperiens), dan tentunya pula pengetahuan, dimana hal itu bisa menjadi bekal untuk mendidik generasi berikutnya. Karena perempuan adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya. Sebagaimana Rasulullah bersabda: 

Artinya: "Seorang perempuan adalah pemimpin di dalam urusan rumah tangga serta anak-anaknya dan akan dimintai pertangungjawaban atas apa yang dipimpinnya" [ HR. Muslim]

Dan Kanda Shika Songgeh pernah menyampaikan pula, "Satu seorang perempuan (ibu) yang hebat akan melahirkan seribu generasi yang hebat"

Jangan batasi peran kita sebagai perempuan dan menjadi generasi ibu bagi anak-anak kita. Selama, itu untuk kebaikan, teruslah berkelana hingga tiba waktunya dimana rumah menjadi prioritas kita. Apalagi bagi kita sebagai perempuan organisatoris yang pantang mundur meski memiliki peran ganda di ranah domestik dan publik.

*) HMI Cabang Pamekasan Komisariat Istiqlal UIM Kampus STIDKIS Al-Mardliyah 

_____________
Penulis : Dewi Santika 
Editor : Pur

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama