Apresiasi Ketua Kampus STIE-MM "SIAP" Wadahi Kebutuhan Kader LKIM HMI Sumber Bungur




 YAKUSA!: Usai acara Ketua Umum Komisariat dan seluruh Ketua semiotonom HMI pose bersama Kanda Wahab

IstiqlalUIMBlog Pamekasan - Minggu, 26 Januari 2020, Ekstra kampus Lembaga Kajian Insan Madani (LKIM) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pamekasan Komisariat Istiqlal Universitas Islam Madura (UIM) Kampus STEI-MM Sumber Bungur menggelar Seminar Regional di Lantai II Aula Kampus STIE-MM Sumber Bungur, Pakong, Pamekasan.


Acara ini diikuti puluhan Kader HMI, Mahasiswa, dan MA-SMK Sumber Bungur itu sendiri. Turut hadir pula Ketua Umum HMI Komisariat Istiqlal UIM, Ms. Nur Laily Akmal, ketua dari dua lembaga semiotom HMI Komisariat Istiqlal UIM; Lembaga Kajian dan Penelitian (LKP), dan Lembaga Pengembangan Intelektual (LPI) Kampus Al-Mardliyah. Serta semiotom LPI HMI Komisariat IAI Al-Khairat, dan Komisariat Persiapan HMI STISA Pakong dan beberapa komisariat lainnya yang ada di Pamekasan.


Acara yang mengangkat tema "Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal Dalam Mempersiapkan Atau Menghadapi Madura Modern Tanpa Menghilangkan Identitas " yang diisi oleh salah satu Korp Alumni HMI (KAHMI), yakni Kanda Wahab Syahirul Alim, M. Pd.


Hal ini, dalam sabutannya Moh. Ali Dhafir, Ketua Umum LKIM HMI STIE-MM Sumber Bungur berharap dengan tujuan untuk mempersiapkan kader-kader HMI (khususnya), mahasiswa STEI-MM, dan siswa pada umumnya. Benar-benar “siap” menghadapi tantangan zaman di era industri 4.0 ini, tanpa harus melunturkan budaya, identitas dan ciri khas mereka sebagai Madura local.


"Harapan saya bagaimana kader HMI itu harus terus berproses, dan sebagai kader keummatan. Itu tetap mempertahankan kearifan lokal dan budaya Madura. Tentunya, orang Madura memang telah dikenal dengan keramahan, erat dalam persaudaran, keuletan dan keberaniannya. Nah, hal itu yang tidak boleh kita lunturkan dalam diri kita sebagai kader HMI, mahasiswa dan siswa yang notabenanya ber-DNA Madura. Meskipun kita menghadapi tantangan zaman di era milenial ini. Dan juga, kita jangan sampai tidak membaca dan apalagi mengkaji keadaan yang ada di Madura," Tutur Dhofir sapaan akrabnya.

Sedangkan Ketua Umum HMI Komisariat Istiqlal UIM berpesan dalam sambutannya,  "Karakter seperti apa yg perlu dipertahankan untuk mempersiapkan diri menuju madura modern tanpa menghilangkan identitas. kita bersyukur sudah banyak kesadaran dr pemuda sendiri terlait pentingnya sebuah pendidikan lebihnya pada karakter orang madura yg lebih mengedepankan etika, nilai-nilai dan norma keagamaan dan kebudayaan oleh sebab itu mari bersama untuk menyongsong kehidupan  dimasa yg akam datang lebih progresif," ucap pemuda yang kerap disapa Kanda Elly itu.

Selain itu, hadirnya acara di Kampus STIE-MM ini mendapatkan apresiasi dari Ketua Kampus yang diwakili oleh staf kampus, “Ketua kampus STEI-MM akan selalu mendukung penuh untuk kader HMI dan bangga atas terlaksananya seminar ini. Sehingga STIE-MM bukan hanya dikenal didalam saja tapi juga oleh masyarakat luas,” ungkap Anis Sulalah, S.E., Sy., M.E, yang diiringi dengan tepuk tangan meriah peserta seminar.


Pemateri, Wahab Syahirul Alim dalam penyampaian materinya menyinggung pemuda senantisa untuk tetap melestarikan sesuatu yang sudah membudidaya pada diri masyarakat Madura terdahulu, dan pemuda milenial terutama kader HMI mempu merawatnya di era milenial ini. Hal itu, dia memberikan tiga poin penting dalam upaya menjaga kearifan lokal.


"Tiga point penting yang perlu kita tanamkan dalam upaya menjaga kearifan lokal khususnya di Madura. yang pertama Pendidikan karakter, yaitu bagaimana kita membentuk karakter sesuai perkembangan elektronika. Tapi harus dengan tetap menjaga dan melestarikan kearifan lokal di Madura, jangan tanyakan masalah etik ke orang Madura karna memang sudah menjadi budaya orang madura untuk selalu taat pada agamanya. Namun tak menutup kemungkinan untuk orang Madura menuju kesuksesan nya di dunia yang ia geluti. Siapa sangka Mahfud MD yang sekarang menjabat sebagai menteri mempunyai DNA Madura, juga Andi Oktavian Latif yang dinobatkan sebagai fisikawan, dan yang lainnya. Kedua Identitas orang Madura. Seperti halnya bahasa, kebanyakan hari ini orang tua mengenalkan anak-anak mereka dengan bahasa nasional (Bahasa Indonesia, red), mereka tidak akan kenal dengan bahasa daerah (Bahasa Madura, red) mereka. Maka secara sengaja kita akan perlahan-lahan menghilangkan identitas Madura. Daripada itu kita sebagai User harus tetap mempertahankan identitas Madura dengan mengajarkan warisan nenek moyang kita pada generasi selanjutnya," papar mantan Dosen Kampus STIE-MM tersebut yang saat ini menjadi dosen di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura.


"Point terakhir adalah karakteristik orang Madura. Kita tidak perlu escapatik karena kita sudah berada di luar Madura. Karna kenapa?  Orang Madura itu dikenal dengan keramahannya, jiwa sosialnya tinggi, juga sebagai sosok yang ulet, tegas dan berani. Apalagi masalah harga diri, orang madura selalu menjaga martabat dirinya. Bahkan ada satu ungkapan orang Madura Lebbi bhegus pothe tolang etembheng pothe matah yang artinya lebih baik kehilangan nyawanya daripada harus nanggung malu,” tandasnya. (Iim/ahp)

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama