By;
Chairul Umam
(Ketua Umum HMI Cabang
Pamekasan Periode 2016-2017)
IstiqlalBlog- Keberadaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
adalah perwujudan dari manifestasi gerakan Intelektual, Moral dan Spiritual di
Indonesia. Sejak kelahirannya pada Rabu tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan 5 Februari 1947,
HMI telah memantapkan diri menjadi organisasi kemahasiswaan yang memiliki
platform perjuangan yang jelas dengan memegang teguh komitmen keumatan dan
kebangsaan. Dwi komitmen inilah yang kemudian mengantarkan organisasi ini besar dan cukup
diperhitungkan dalam kancah percaturan nasional. Menurut
seorang pendeta, Victor
Immanuel Tanja (1982) Himpunan Mahasiswa Islam adalah salah satu organisasi mahasiswa yang keberadaannya
cukup diperhitungkan. Bukan karena HMI merupakan organisasi mahasiswa tertua
dan terbesar, akan tetapi juga karena aspirasi yang tumbuh di dalamnya
menyemangati para alumninya yang terjun di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, kebesaran dan eksistensi HMI tentu
harus disokong oleh daya dan upaya diri kader dalam menyerap dan
menginternalisasi nilai-nilai perjuangan yang telah dibangun oleh para founding
father HMI mulai dari masa kemunculannya. Sebab dengan demikian, dapat
dipastikan bahwa oreintasi dan tujuan besar HMI akan benar-benar menemukan arah
dan mampu memberikan kontribusi besar dalam menciptakan kondisi ke-Ummatan dan
ke-Bangsaan yang humanis-kondusif yang diridhai Allah Subhanahu Wata’ala.
Belum lama ini, tepatnya tangal 9
November 2017, keluarga besar HMI mendapatkan kado spesial dari Pemerintah
Republik Indonesia, yakni Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional kepada Prof. Drs. H. Lafran Pane (Pendiri HMI)
melalui surat keputusan Presiden RI Nomor 115/TK/TAHUN 2017. Inilah bentuk apresiasi
dan pengakuan dari negara bahwa memang HMI memiliki jasa dan peranan penting
dalam mengawal perjalanan bangsa Indonesia hingga sampai detik ini. Tapi
ingatlah, Meski HMI adalah satu satunya oganisasi kemahasiswaan yang pendirinya
telah dinobatkan sebagai Pahlwan Nasional, HMI tidak boleh larut dalam suka
cita karena sejatinya tanggung jawab HMI itu semakin besar. HMI tetap dituntut
untuk selalu mampu menangkap dan memecahkan persoalan-persoalan keumatan
dan kebangsaan yang dewasa ini semakin mencuat kepermukaan.
Kini
dalam realitas kehidupan, kita dihadapkan pada kondisi bangsa
Indonesia yang memperihatinkan, dimana penyelenggaraan negara tidak lagi
bertumpu pada kemaslahatan umat dan bangsa, yakni tidak adanya keberpihakan
yang jelas terhadap kelangsungan kehidupan rakyat yang menempati tanah air
“Indonesia” ini. Bagaimana tidak, fakta-fakta praktek dehumanisasi terjadi
dimana-mana, hancurnya lembaga penegak hukum, posisi “budaya” yang
terpinggirkan, kebudayaan yang kehilangan dasar–dasar moralitas,
serta sistem perpolitikan yang tidak menghasilkan negarawan yang
arif. Kondisi
ini menunjukkan
bahwa HMI masih
memiliki tantangan besar didepan sana sehingga perlu adanya formulasi perjuangan
HMI yang lebih kongkrit.
Memperkuat
Basis Intelektual
Peran strategis HMI yang diharapkan
adalah sebagai wahana pembinaan mahasiswa, yang bertujuan untuk melahirkan
sumber daya manusia yang handal dan memilki keunggulan dalam segala ilmu. HMI
diharapkan akan memberi perhatian lebih besar terhadap upaya membangun basis
kelompok terdidik dan terpelajar yang akan menjadi cikal bakal lahirnya sumber
daya manusia berkualitas, handal, dan memiliki keunggulan. Kelompok ini disebut
sebagai kelompok intelektual yang merupakan kelompok elit strategis suatu
bangsa. Dalam waktu kurun waktu yang relatif lama, HMI telah berhasil membangun
tradisi intelektual yang amat baik. Tradisi ini harus dilanjutkan dan
ditingkatkan lagi di masa depan. HMI harus terus menjadi wahana bagi para
mahasiswa untuk mengaktualisasikan potensi intelektualnya, agar bisa berkembang
secara optimal dalam sebuah lingkungan sosial yang kondusif. HMI juga diharapkan
menjadi wadah dan tempat pembelajaran diluar kurikulum akademik perguruan
tinggi, yang memungkinkan mahasiswa mengembangkan aktifitasnya secara kreatif
dan inovatif. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses
pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan serta penguatan
kapasitas belajar secara kontinuitas, diharapkan HMI bisa turut melahirkan
manusia-manusia unggul masa depan, yaitu cerdas, terampil, memiliki etos kerja
tinggi, semangat dan daya juang (Fighting Spirit) yang bergelora sehingga
terlepas dari krisis kepemimpinan nasional dan siap menyongsong kehidupan
global yang sangat kompetitif ini.
Memperkuat
Basis Intelektual
Peran strategis HMI yang diharapkan
adalah sebagai wahana pembinaan mahasiswa, yang bertujuan untuk melahirkan
sumber daya manusia yang handal dan memilki keunggulan dalam segala ilmu. HMI
diharapkan akan memberi perhatian lebih besar terhadap upaya membangun basis
kelompok terdidik dan terpelajar yang akan menjadi cikal bakal lahirnya sumber
daya manusia berkualitas, handal, dan memiliki keunggulan. Kelompok ini disebut
sebagai kelompok intelektual yang merupakan kelompok elit strategis suatu
bangsa. Dalam waktu kurun waktu yang relatif lama, HMI telah berhasil membangun
tradisi intelektual yang amat baik. Tradisi ini harus dilanjutkan dan
ditingkatkan lagi di masa depan. HMI harus terus menjadi wahana bagi para
mahasiswa untuk mengaktualisasikan potensi intelektualnya, agar bisa berkembang
secara optimal dalam sebuah lingkungan sosial yang kondusif. HMI juga diharapkan
menjadi wadah dan tempat pembelajaran diluar kurikulum akademik perguruan
tinggi, yang memungkinkan mahasiswa mengembangkan aktifitasnya secara kreatif
dan inovatif. Dengan membangun manusia-manusia terdidik melalui proses
pembelajaran, pemupukan potensi intelektual dan kepemimpinan serta penguatan
kapasitas belajar secara kontinuitas, diharapkan HMI bisa turut melahirkan
manusia-manusia unggul masa depan, yaitu cerdas, terampil, memiliki etos kerja
tinggi, semangat dan daya juang (fighting spirit) yang bergelora sehingga
terlepas dari krisis kepemimpinan nasional dan siap menyongsong kehidupan
global yang sangat kompetitif ini.
Memperkuat
Basis Kepemimpinan
Mencari sosok ideal pemimpin yang bisa menjadi teladan dan mampu
bertanggung jawab serta amanah dalam menjalankan tugasnya saat ini bukanlah hal
yang mudah. Mengapa? Karena sejak era reformasi perubahan sistem memilih
pemimpin menjadi semakin terlihat sebagai suatu sistem demokrasi yang terlalu
dipaksakan dan kurang matang. Sebagai contoh sistem pemilihan yang dilakukan
adalah dengan cara : Calon Pemimpin dari Partai Politik dan Calon dari
Independent. Jika mengamati hal tersebut, maka dapat
digambarkan juga calon mana yang berpeluang menang. Jika politik saat ini
berbiaya tinggi maka calon yang menang adalah yang memiliki finansial kuat.
Karena dia mampu membiayai segala kebutuhan proses pemilihan sampai memperoleh
kedudukan. Namun sayangnya calon yang mempunyai dukungan
finansial yang kuat umumnya punya kepentingan dan target pribadi maupun
kelompok. Sehingga orang yang terpilih adalah mereka yang tidak amanah, tidak
kompeten serta tidak punya integritas dan ketulusan untuk memperbaiki kondisi
negeri ini. Akibatnya adalah berapapun biaya yang
dikeluarkan saat itu akan menjadi beban yang harus segera dikembalikan. Inilah sebetulnya
awal terjadinya korupsi dan krisis kepemimpinan.
Jika dicermati dengan seksama, dari zaman era orde lama sampai dengan era reformasi tidak sedikit partai
politik yang kader-kadernya berperilaku buruk dan merugikan negara. Banyak
anggota masyarakat yang sudah antipati jika mendengar kata partai politik,
padahal mau tidak mau, suka tidak suka bangsa ini menjalani sistem politik
seperti itu. Kekuasaan pasca reformasi memang semakin terbuka
untuk diperebutkan. Ketika zaman orde baru, berbicara masalah suksesi merupakan
sesuatu yang amat tabu dan menakutkan, namun sekarang orang boleh berharap
untuk menjadi presiden atau wakil presiden, sepanjang memiliki dukungan politik
dan finansial yang kuat, bahkan dengan pemilihan langsung rakyat memiliki
daulat penuh untuk menentukan pemimpinnya.
Tidak heran jika
akhirnya masyarakat “terpaksa” memilih pemimpin yang sudah disediakan oleh
sistem dengan konsekuensi bahwa nantinya aspirasi masyarakat belum tentu dapat
didengar dan dilaksanakan dengan baik. Paling-paling hanya janji-janji surga
saat kampanye saja ataupun politik pencitraan saja yang akhir-akhir sedang
marak-maraknya dilakukan oleh pemimpin negeri ini. Dengan kata lain, tidak ada
niat tulus dan tanggung jawab dalam mengemban tugasnya. Padahal mungkin di luar
sistem sana ada ratusan orang yang tulus dan kompeten yang lebih pantas untuk
menjadi pemimpin negeri ini.
Sebagai Organisasi mahasiswa, HMI
merupakan lembaga strategis, wadah pembentukan kepemimpinan. Bangsa kita
membutuhkan pemimpin-pemimpin yang tangguh dan memiliki visi yang jelas.
Kepemimpinan yang tangguh dan ber-visi itu tidak bisa lahir secara tiba-tiba,
tetapi harus melalui suatu proses; penempaan, penggodokan,
dan pengujian, baik ketika masih menjadi mahasiswa maupun sesudah terjun ke
masyarakat. HMI dituntut untuk selalu konsisten menjadi wadah
strategis kelahiran
pemimpin-pemimpin bangsa di masa depan.
Memperkukuh Wawasan Kebangsaan
HMI juga dituntut
untuk senantiasa meneguhkan dan memantapkan wawasan kebangsaan dikalangan
anggotanya. Identitas Islam
melalui Nilai-Nilai Dasar Perjuangan (NDP) di dalam HMI hendaknya merefleksikan
semangat dan kesadaran bahwa HMI merupakan bagian yang terintegrasi dalam
masyarakat Indonesia. Dengan demikian, HMI dituntut untuk bisa melakukan
harmonisasi
antara wawasan ke-Islaman dan kebangsaan. Islam merupakan semangat pergerakan
didalam tubuh HMI, sedangkan wawasan kebangsaan haruslah menjadi basis HMI
dalam melakukan gerakan itu. Meneguhkan
dan memantapkan wawasan kebangsaan ini bukan hanya berdimensi internal,
melainkan juga berdimensi eksternal yakni untuk mengantisipasi gelombang
globalisasi pada abad ke-21 ini, maupun 2 abad yang akan datang. Meneguhkan
dan memantapkan wawasan kebangsaan dalam era globalisasi ini sungguh penting,
karena ada potensi nilai-nilai kebangsaan terdesak bahkan
tergelincir seiring menguatnya
nilai-nilai universal dan yang paling penting lagi adalah agar keutuhan kita sebagai bangsa tetap terpelihara
dan terjaga dengan baik. HMI berperan strategis dalam usaha memupuk dan memperkukuh wawasan kebangsaan
dalam masyarakat Indonesia yang majemuk ini.