Menenun Kisah Januari


Camping merupan sebuah kegiatan yang seru lagi mengasyikan. Apalagi camping di pesisir pantai. Adaptasi dengan alam jauh lebih terasa. 

Apakah camping hanya dilakukan di pantai saja? Tentu saja, tidak. Camping bisa dilakukan di mana saja. Boleh di pantai, gunung atau pun di hutan. Sesuai enaknya kita saja. Hanya saja, kami yang berangkat dari  organisasi ektra mahasiswa, bernama Himpunan Mahasiswa Islam atau sering disebut HMI, sepakat bahwa kami campingnya disana; di Pantai. 

Jujur saja, sebagai seorang perempuan sepertiku, biasa dikenal dengan perempuan pecinta alam,  tentu sangat menanti sejak kali pertama wacana ini muncul berapa pekan lalu, dan bahkan sejak sepulangnya diriku dari HMI Camp yang diadakan oleh HMI Komisariat Istiqlal UIM sekitar 2 tahun lalu. Ya, tentu saja, tidak melewatkan momen yang sangat mengesankan ini. Meski sekarang jauh lebih sedikit dibanding waktu itu, hanya berjumlah sekitar 20 orang saja. Namun, alhamdulillah, tidak mengurangi keseruannya dan sangat berkesan sekali. 

Sore pukul 15.00 WIB, hampir sampai ke lokasi camping, kami berhenti. Katanya, dikenak hujan, sehingga membuat kami harus sabar menunggunya. Baru sekitar pukul 16.00,  satu persatu teman yang kami tunggu muncul. Akhirnya, kami pun berangkat.

Memandang, langit mulai diselimuti awan hitam. Perjalanan kami mulai mendapatkan  rintikan hujan. Kami pun kembali berteduh di gubuk kecil, sepertinya sudah lama tak dihuni.  


"Kalau hujannya sampai malam bisa kacau" ucapku membatin. 

"Semoga hujannya cepet reda. Aamiin" ucap salah satu dari kami. 

"Amiin..." ucap kami kompak.

Dan...

Alhamdulillah, setelah sabar menunggu cukup lama, hujan pun reda dan hanya menyisakan gerimis. Kami memutuskan untuk tetap berangkat.

Andai kalian tahu, jalan menuju lokasi cukup menjadi tantangan ekstrim, mulai melewati kubangan kecil, jalan yang licin, batuan yang tajam, dan tak ada pijaran lampu di sepanjang jalan. 

Setelah perjalanan panjang begitu melelahkan itu, akhirnya, tiba di tempat tujuan kami. Pas sekali, kami baru sampai, azan magrib pun dikumandangkan. Secara bergantian, kami bergegas menuju Masjid terdekat.

Usai shalat, kami cepat-cepat mencari tempat dan mendirikan tenda. Ada juga yang mencari kayu bakar serta apa-apa yang dipandang dibutuhkan, seperti untuk membuat api unggun, atau hal lainnya. 

Setelah tenda berdiri, Api unggun sudah dinyalakan, dan semuanya sudah siap. Niat awal ingin langsung tidur, pun aku urungkan. Kurang asyik rasanya, kalau sudah jauh-jauh dari rumah sampai di tempat langsung tidur, tanpa menikmati suasana malam yang amat indah. Apalagi mengingat perjalannya penuh dengan perjuangan, seperti akan terasa sia-sia saja. Hehe.

Malam pertama kami, diisi dengan senda gurau, cerita-cerita hingga akhirnya menjadi diskusi. Diiringi tawa meski diantara kami ada yang mulai emosi. Namun itu hanya sejenak, usai diskusi kami biasa-biasa. Hal itu, bukan hal yang tabu di hijau hitam ini. Merupakan hidangan sehari-hari. Karena usai diskusi seperti biasa lagi. Ketawa ketiwi kembali. Begitulah di HMI. 

Aku menatap langit. Malam semakin larut, kami masih duduk melingkari api unggun. Ada satu-dua orang sibuk mempersiapkan makan malam, buat kopi, dan satu persatu lagi mulai tertarik untuk bakar-bakar jagung. Sambil mengobrol, bercanda bersama.

Ya,  suasana malam itu benar-benar syahdu hingga membuat diri ini lupa capek dan ngantuk. Ditambah petikan gitar dan lagu yang didedangkan rasanya jiwa-jiwa muda tambah kokoh.

Setelah semuanya siap dengan hidangan sederhana, kami pun makan bersama yang beralaskan daun pisang dan lauk seadanya. Tahu dan tempe selalun menjadi ciri khas kami di Himpunan ini. 

Malam semakin menggulita, 

deburan ombak tak henti-hentinya mengirama, kami tetap berada dibawah kibaran bendera merah putih dan hijau hitam yang membuat suasana adem nan tenang. 

Tidak hanya sekadar curhat saja, diskusi yang terus membara dari pemikir-pemikir muda, hingga tak terasa subuh hampirlah tiba. 


Usai shalat subuh, kami pun tidur sebentar.

Tidak terlalu lama menggapai mimpi, aku keluar dari tenda dan menghirup udara, ternyata mentari sudah menampakkan sinarnya. Aku kira,  akulah orang pertama keluar dari tenda. Hal itu tidak terbukti,  teman-teman yang lain sudah mencar-mencar. Aku pun bergegas menyusul. Menikmati pemandangan cukup indah sekali.  Pantai  terlihat jelas kejernihannya. Beberapa rumah pohon siap untuk dijadikan tempat berswafoto, instagramble,  atau hal lainnya.

Selama campong, tiidak hanya diisi kegiatan refreshing bagi anggota, melainkan juga dilatih bersikap kritis mengenai isu-isu lingkungan yang ada, melalui acara sharing dan diskusi problem konservatif lingkungan yang sedang terjadi. Dengan demikian diharapkan anggota akan lebih peka terhadap berbagai masalah lingkungan yang ada serta mampu memberi opini berupa solusi sesuai realita.

Harapanku, untuk kedepannya diharapkan kegiatan semacam ini akan terus berkelanjutan, baik dalam bentuk kegiatan serupa atau alangkah lebih baik lagi jika dengan inovasi bentuk kegiatan yang juga dapat berdampak positif baik secara universal atau setiap induvidu kader maupun pengurus itu sendiri.

Pagi semakin panas, dan kami pun berkemas, meninggalkan Pantai. Perjalanan pulang terlihat jelas,  tanah yang becek usai hujan semalam. Namun, cerita dramatis lainnya sedang menunggu kami. Mau tidak mau, motor melewati jalan setapak yang becek dan licin.

Pada akhirnya, setiap perjalanan selalu punya cerita. Bahkan, satu perjalanan bisa punya banyak cerita. Suka maupun duka. 

Akhir kata, terimakasih kepada semuanya yang turut mensukseskan terselenggaranya acara ini dan semoga untuk kedepannya akan semakin banyak lagi berbagai kegiatan kegiatan membawa pengaruh positif terhadap himpunan.

Hal ini bertujuan untuk mempererat rasa kekeluargaan  antar anggota muda dan anggota biasa, melatih sikap kompetitif antar anggota muda serta membiasakan sikap suportif anggota dalam berkompetisi


*) Penulis adalah Kader Lembaga Kajian Insan Madani (LKIM) HMI Komisariat Istiqlal UIM Kampus Sekolah Tinggi Ekonomi Islam Masyarakat Madani (STIE -MM) Sumber Bungur Pakong Pamekasan Madura.


______________

Penulis : Mabruroh Azzahra

Editor : Mahesa

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama