Jasamu, Pengabdian Kami

Dunia...
Engkaulah bola kecil kami
Kian kuat engkau tertindas oleh kaki-kaki keras kami
Seruan suaramu tertanda goncangan
Yang takkan pernah kami bisa mengiranya.
Engkau tak pernah enggan...

Wahai engkau tempat pengabdian kami.
Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih kami haturkan
Padamu wahai tempat pengabdian kami...
Hari demi hari kami lalui
Hari demi hari kami jalani
Tak pernah kami merasa enggan
Tak pernah kami merasa malu
Kami senang, kami bahagia
Karena pengabdian kami sungguh menjadi saksi bisu

Burung-burung menjadi bisu malam ini
Dikala purnama menyinari, Jasa-jasa tanpa balas budi
Apa yang harus kami berikan.? 2x
Terhadap tempat pengabdian kami
Sungguh nista diri kami yang hanya menimpa tanpa balas budi

Kami bingung...
Apa yang harus kami berikan.?
Apa yang harus kami lakukan.?
Kami tak tahu harus bagaimana.?
Yang kami tahu hanyalah mengucapkan banyak terima kasih
Pada kalian wahai tempat pengabdian kami.

Kami malu. 2x
Pada kebaikan kalian.
Kami malu. 2x
Pada kedermawaan kalian.

Sambutan hangat tangan bagaikan kobaran api yang menghangatkan jiwa-jiwa kami
Kami harus bagaimana.? 2x
Agar kami bisa membalas jasa-jasa kalian
Kami harus bagaimana.? 2x
Agar kami tahu caranya berterima kasih pada kalian

Kami tahu, kami tak pantas
Kami tahu, kami ini hanyalah butiran debu yang sekejab terhempas jauh.
Yang tak tahu harus melangkah kemana.?
Yang tak tahu harus berjalan kemana.?
Kami hanyalah debu yang tak punya tempat.
Kami hanyalah debu yang tak punya tujuan.
Tanpa kalian, kami hanyalah debu.
Tanpa kalian, kami tak tahu arti mengabdi.
Berkat tangan yang selalu siap menerima memangkul kami
Kami menjadi tahu arti semua ini.
Jujur, kami tak kuasa menahan air mata mengalir berlinang
Tanpa terasa menetes membasahi pipi lesung kami.

Yaa robbi...
Balaslah kebaikan mereka.
Balaslah budi pekerti mereka.
Balaslah jasa-jasa mereka.
Yang telah sudi mendidik kami.
Yang telah sudi membimbing kami.

Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih kami haturkan
Padamu wahai tempat pengabdian kami.

Kami menatap desa yang cerah dengan sejuta senyuman mentari.
Kami dengarkan kicauan burung-burung yang bersahaja bernyanyi.
Kami pandangi rerumputan hijau didesa ini. Untuk terakhir kali didesa ini.

Tanpa kami sadari
Waktu begitu cepat berlalu
Tanpa kami sadari
Waktu sudah genap 1 bulan.

Disini, ditempat pengabdian yang kami jalani.
Dalam masyarakat yang tak pernah kami kenal selama ini
Namun mengapa.? 2x
Tiba-tiba langit mamalingkan wajahnya.
Ia memalingkan wajahnya dari kami
Dengan menyematkan warna kelabu.
Ada apa dengan langit.? 2x
Kenapa langit memalingkan wajahnya. 2x
Apakah sudah waktunya kami pulang.?
Apakah sudah waktunya kami kembali.?
Sungguh menjadi tangisan bagi kami
Harus pergi dari tempat pengabdian ini.

Mengapa semuanya menjadi bisu.? 2x
Seakan semuanya tak ingin berlalu
Ia... Kami sadar...
Inilah waktunya kami pulang
Perpisahan sudah tiba, pengabdian kami berakhir sudah.
Kami harus kembali, kembali kedua kami yang tak begitu berarti.
Walau dengan rasa sakit didalam hati kami.

Biarkanlah kami diam.
Biarkanlah kami bisu.
Biarkanlah kami merenung.
Mendengarkan, meresapi nyanyian angin didesa ini.
Sebelum kami pergi dan mungkin tak akan kembali lagi.

Perpisahan...
Adalah sebuah kata yang menyakitkan.
Namun banyak menyimpan makna.
Tak sedikitpun orang tertunduk karenanya.
Karena sakit yang harus ditanggung disetiap yang dilandanya.

Dan kini...
Kami harus pergi.
Kini, kami harus kembali.
Kami harus kembali
Harus kembali, dan
Kembali.
Kembali pada keramaian.
Kembali pada ranah kami

Terima kasih telah menerima kami
Untuk mengabdi didesa ini.
Desa yang penuh dengan sejuta warna.
Desa yang penuh dengan sejuta harapan bangsa.
Mungkin, nanti kami rindu akan desa ini.
Rindu akan alam ini
Rindu akan jasa-jasa yang telah diberi.

Satu goresan bahagia adalah bisa mengenal desa ini.
Satu goresan bahagia adalah bisa mengabdi didesa ini. Dan
Satu goresan bahagia adalah bisa mengukir bahagia.
Walau hanya satu bulan.

Terima kasih kami ucapkan
Terima kasih kami haturkan
Terima kasih desa kaduara barat
Desa tempat pengabdian kami.

Karya : Hafas Hijau Hitam

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama